Materi 10
Sektor
Pertanian
10.2
Nilai Tukar Petani
Nilai tukar
petani (NTP) adalah
rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar
petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar petani merupakan salah satu
indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani. Pengumpulan data dan perhitungan NTP
di Indonesia dilakukan oleh Biro Pusat
Statistik.
Indeks harga
yang diterima petani (IT) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan
harga produsen atas hasil produksi petani. Dari nilai IT, dapat dilihat fluktuasi
harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai
data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian. IT dihitung berdasarkan nilai jual
hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani, mencakup sektor padi, palawija, hasil peternakan, perkebunan rakyat, sayuran, buah, dan hasil perikanan (perikanan tangkap maupun budi daya).
Indeks harga
yang dibayar petani (IB) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan
rumah tangga petani, baik kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun
kebutuhan untuk proses produksi pertanian. Dari IB, dapat dilihat fluktuasi
harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar
dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk
memproduksi hasil pertanian. Perkembangan IB juga dapat menggambarkan
perkembangan inflasi di pedesaan. IB dihitung berdasarkan indeks harga yang
harus dibayarkan oleh petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan penambahan
barang modal dan biaya produksi, yang dibagi lagi menjadi sektor makanan dan
barang dan jasa non makanan.
Secara umum NTP menghasilkan 3 pengertian :
- NTP > 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik dan menjadi lebih besar dari pengeluarannya.
- NTP = 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu sama dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
- NTP < 100 berarti NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun dan lebih kecil dari pengeluarannya.
Nilai tukar petani dapat bervariasi di setiap daerah dan berfluktuasi
seiring waktu. Nilai tukar petani dihitung secara skala nasional maupun lokal.
Nilai tukar petani secara nasional pada periode Oktober 2013 mengalami
peningkatan 0.71% dari 104,56 poin pada periode September 2013 ke 105,30 poin namun secara lokal, misal di Jambi, didapatkan hasil yang berbeda. Di Jambi pada periode
yang sama nilai tukar petani naik sebesar 0,63 persen dibanding bulan
sebelumnya yaitu dari 87,56 point menjadi 88,11 point pada Oktober 2013.
Peningkatan nilai tukar petani di Bali juga dilaporkan berbeda, yakni sebesar 0,16 persen dari
106,82 persen pada September 2013 menjadi 107 persen pada bulan Oktober 2013.
Orientasi
pembangunan saat ini yang berfokus pada industri dan modal cenderung
mengesampingkan pembangunan pertanian pedesaan, sehingga indikator nilai tukar
petani tidak masuk ke dalam tujuan pembangunan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar