Assalamu'alaikum saudara/i ku yang insyaAllah selalu dalam lindungan Allah :)
Pada kesempatan kali ini, pia mau ngebahas tentang wanita hebat pada zaman Rasulullah SAW. Mmmmmmmmm kira-kira menurut kalian siapa nih wanitanya????? wanita hebat yang akan kita bahas kali ini bernama Siti 'Aisyah r.a, yaa betul sekali, beliau adalah istri yang dijanjikan oleh malaikat jibril sebagai istri nabi di dunia dan diakhirat <3
Aisyah dilahirkan empat tahun sesudah Nabi SAW diutus menjadi
Rasul. Semasa kecil dia bermain-main dengan lincah, dan ketika dinikahi
Rasulullah SAW usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebagian
besar riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW membiarkannya bermain-main
dengan teman-temannya.
Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a datang wahyu kepada
Nabi SAW untuk menikahi Aisyah r.a. Setelah itu Nabi SAW berkata kepada
Aisyah, ” Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut.
Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutra seraya
berkata,’ Ini adalah istrimu.’ Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah
wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya,’ Jika ini benar dari Allah SWT ,
niscaya akan terlaksana.”
Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan istrinya sangat senang, terlebih
lagi ketika Rasulullah SAW setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau
mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang penuhberkah
itu. Setelah pertunangan itu, Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama
para sahabat, sementara istri-istri beliau ditinggalkan di Makkah.
Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput
mereka, termasuk didalamnya Aisyah r.a. Dengan izin Allah SWT
menikahlah Aisyah dengan mas kawin 500 dirham. Aisyah tinggal dikamar
yang berdampingan dengan masjid Nabawi. Dikamar itulah wahyu banyak
turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu.
Dihati Rasulullah SAW, kedudukan Aisyah sangat istimewa, dan tidak
dialami oleh istri-istri beliau yang lain. Didalam hadits yang
diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan, ” Cinta pertama yang terjadi
didalam Islam adalah cintanya Rasulullah SAW kepada Aisyah r.a.”
Didalam riwayat Tirmidzi dikisahkan “Bahwa ada seseorang
yang menghina Aisyah dihadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berseru
kepadanya,’ Sungguh celaka kamu. Kamu telah menyakiti istri
kecintaan Rasulullah SAW.” Sekalipun perasaan cemburu istri-istri
Rasulullah SAW terhadap Aisyah sangat besar, mereka tetap menghargai
kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan ketika Aisyah wafat, Ummu
Salamah berkata, ‘Demi Allah SWT, dia adalah manusia yang paling beliau
cintai selain ayahnya (Abu Bakar)’.
Di antara isteri-isteri Rasulullah SAW, Saudah bin Zum`ah
sangat memahami keutamaan-keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan
seluruh malam bagiannya untuk Aisyah. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah SAW
rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau menemukan sesuatu yang
tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya, dia senantiasa
mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah SAW.
Menjelang wafat, Rasulullah SAWmeminta izin kepada istri-istrinya untuk
beristirahat dirumah Aisyah selama sakitnya hingga wafat. Dalam hal ini
Aisyah berkata, “Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah SAW wafat
dipangkuanku.” Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah SAW selama sakit
dikamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar karena dia dapat
merawat beliau hingga akhir hayat. Rasulullah SAW dikuburkan dikamar
Aisyah, tepat ditempat beliau meninggal. Sementara itu, dalam tidurnya,
Aisyah melihat tiga buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia
memberitahukan hal ini kepada ayahnya, Abu Bakar berkata, “Jika yang
engkau lihat itu benar, maka dirumahmu akan dikuburkan tiga orang yang
paling mulia dimuka bumi.” Ketika Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar
berkata, “Beliau adalah orang yang paling mulia diantara ketiga
bulanmu.” Ternyata Abu Bakar dan Umar dikubur dirumah Aisyah.
Setelah Rasulullah SAW wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan
pada cobaan yang sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang
sabar, penuh kerelaan terhadap taqdir Allah SWT dan selalu berdiam
diri didalam rumah semata-mata untuk taat kepada Allah SWT. Rumah Aisyah
senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu
atau untuk berziarah kemakam Nabi SAW. Ketika istri-istri Nabi SAW
hendak mengutus Ustman menghadap khalifah Abu Bakar untuk menanyakan
harta warisan Nabi SAW yang merupakan bagian mereka, Aisyah justru
berkata, “Bukankah Rasulullah SAW telah berkata, ‘Kami paranabi tidak
meninggalkan harta warisan. Apa yang kami tinggalkan itu adalah
sedekah.” Dalam penetapan hukum pun, Aisyah kerap langsung menemui
wanita-wanita yang melanggar syariat Islam. Didalam Thabaqat, Ibnu Saad
mengatakan bahwa Hafshah binti Abdirrahman menemui Ummul Mukminin Aisyah
r.a. Ketika itu Hafshah mengenakan kerudung tipis. Secepat kilat Aisyah
menarik kerudung tersebut dan menggantinya dengan kerudung yang tebal.
Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya
dari Al Qur`an dan Sunnah. Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan
Rasulullah SAW sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau.
Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada
Rasulullah SAW jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang
suatu ayat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ia memperoleh ilmu
langsung dari Rasulullah SAW. Aisyah termasuk wanita yang banyak
menghapalkan hadits-hadits Nabi SAW, sehingga para ahli hadits
menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghapal hadits setelah
Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik dan Ibnu Abbas.
Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah
wafat pada usia 66 th, bertepatan dengan bulan Ramadhan,th ke-58 H, dan
dikuburkan di Baqi`. Kehidupan Aisyah penuh dengan kemuliaan, kezuhudan,
ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah SAW, selalu
beribadah serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Selain itu, Aisyah
banyak mengeluarkan sedekah sehingga didalam rumahnya tidak akan
ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun. Dimana sabda Rasul,
“Berjaga dirilah engkau dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji
kurma.” (HR. Ahmad ).
Saudara/i ku, nabi muhammad saw juga mempunyai panggilan khusus buat aisyah, aisyah sering dipanggil "Humaira" yang artinya kemerah-merahan. yang dimaksud merah disini adalah warna kulit Aisyah yang sawo matang, sama dengan ayahnya Abu Bakar. Nabi pernah berkata bahwa wanita yang teramat disayanginya adalah Aisyah dan laki-laki yang sangat disayanginya adalah Abu Bakar yang tidak lain adalah mertuanya sendiri, Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad pada usia 6 tahun dan mereka tinggal satu atap semenjak aisyah berusia 9 tahun, pada saat menikahi aisyah, nabi berusia 51 tahun, aisyah lahir tatkala nabi berusia 45 tahun. Aisyah adalah orang yang ke 18 masuk islam, selain itu beliau juga perawi hadits nomer 4 terbanyak(2.210) karena beliau merupakan istri yang paling dicintai rasul, beliau banyak sekali menghabiskan waktu bersama rasulullah.
Setelah wafatnya rasul, ada lelaki yang ingin menikahi aisyah, tetapi Allah segera menurunkan wahyu kepada istri-istri nabi muhammad saw. bahwa semua istri rasulullah tidak diperbolehkan untuk menikah lagi.
Ukhti dan akhi (saudara/i) ku, sungguh luar biasa istri nabi yang satu ini, beliau benar-benar wanita hebat kan? ada yang lupa nih, karena umur aisyah yang sangat muda, aisyah memiliki sifat cemburu lohhh, bahkan aisyah memiliki rasa cemburunya melebihi istri-istri nabi yang lain, lucu yaa :D.
Buat saudari ku dimanapun kalian berada, Siti aisyah bisa dijadikan contoh yang baik nih buat kita sebagai kaum hawa, selalu berdoa juga supaya nabi menyayangi kita seperti beliau menyayangi istrinya yaa (aisyah) :') dan Allah selalu memberikan perlindungan yang baik pula kepada kita agar kita selalu istiqomah dijalannya.. #Amiiiiin.
Postingannya udahan dulu yukkkk, next time kita jumpa lagi di topik-topik lainnya yaa :)
Keep Istiqomah and Allah Always Blees You :*
Wassalamu'alaikum Wr.Wb :)
Sumber :
- Alqur'an
- Hadits Sahih
- Buku 'A'isyah menikah dengan Rasulullah di Usia Dini karya Alm.O. Hasyim